Thursday 17 December 2015

M-Learning - #TugasSoftSkill

Perkembangan teknologi gak cuma kasih dampak ke TV, film dan musik. Cara kita belajar juga kena dampaknya. Dari belajar formal di sekolah, adanya TV edukasi, pembelajaran via CD interaktif sampai kuliah online semua berubah karena dampak teknologi. Kali ini saya mau bahas salah satu media belajar yang cukup fleksibel, mobile learning. M-learning berkembang karena masyarakat butuh fleksibilitas. So, apa sih M-learning?

Saturday 12 December 2015

Digital Music : Revolutionised The Way We Hear A Music - #TugasSoftSkill


Halo halo. Media video sudah dibahas di post sebelumnya. Kurang lengkap klo kita gak bahas musik hehe. Siapa di antara kita yang gak pernah dengerin musik? Dari yang tua sampe muda pasti dengerin musik. Musik sudah nempel di kehidupan kita sehari-hari. Dulu, orang-orang denger musik dari vinyl. Yup, piringan hitam yang suka dipake DJ untuk scratching hehehe. Semakin ke sini, penyimpanan musik juga ikut berkembang. Pendengar musik tidak perlu lagi turntable dan setup yang ribet hanya untuk mendengarkan musik. Sekarang kita tinggal download dan play di smartphone kita.

Friday 20 November 2015

The New Era of Cinema Experience - #TugasSoftSkill

Hello! Kemain saya udah bahas tentang internet, new media dan TV. Kayaknya gak seru kalo kita gak bahas satu hal lagi nih. Yup, film. Sering banget kan kita nonton film? Entah di bioskop atau di rumah. Perkembangan teknologi film juga pesat nih. Masih inget dulu waktu nonton di bioskop suka ada glitch gitu di layarnya? Sekarang udah gak ada kan? Glitch yang kita lihat adalah efek dari putaran film strip. Karena pada dasarnya, film dibentuk dari gambar yang bergerak.

Sekarang kita udah gak perlu lagi nonton film dari film strip. Semua sudah dibuat bentuk digitalnya. Dari bentuk LaserDisc hingga digital download atau streaming. Semakin ke sini, pergerakan film makin modern. Mungkin di antara kita belum ada yang kenal dengan LaserDisc. Sekitar tahun 90an, LaserDisc jadi media distribusi film. Teknologi yang dimiliki LaserDisc mirip dengan CD yang kita kenal sekarang.

Nah, karena bentuknya yang super besar (hehe), LaserDisc digantikan dengan VCD. VCD memiliki bentuk yang lumayan kecil dapat menyimpan data hingga 700MB. Cukup besar untuk menyimpan setengah film. Kualitas yang ditawarkan VCD belum terlalu tinggi. Hal ini karena kapasitas penyimpanan VCD yang sangat minim sehingga film perlu dikompres agar cukup untuk disimpan di VCD.

Akhirnya masyarakat pun menginginkan kualitas yang lebih bagus dan munculah DVD. Kapasitas DVD lumayan besar. Untuk single layer single sided DVD dapat menyimpan sekitar 4.6GB data. Cukup besar untuk menyimpan film dengan kualitas HD atau 720p. Perusahaan produksi film pun gak perlu repot-repot kompres file sampe kecil banget. Kualitas video dan audio pun terjaga.

Posisi DVD sebagai media film pun mulai tergeser oleh digital download. iTunes store sudah lama menjadi online store multimedia. Tak hanya lagu, film pun dijual di iTunes. iTunes menawarkan dua kualitas film, SD dan HD. Kita juga bisa sewa film di iTunes. Banyak sekali kemudahan yang ditawarkan iTunes, salah satunya adalah film yang kita beli atau sewa dapat dinikmati di device kita yang lain tanpa perlu memindahkan filmnya.  Hal ini yang menyebabkan menurunnya angka penjualan DVD. Digital download menawarkan fleksibilitas kepada penggunanya.

Nah adalah lagi nih Bluray, media film digital yang berbentuk disc. Bluray memiliki 2 kali kapasitas DVD. Bisa dibayangkan bagaimana kualitas video dan audio yang ditawarkan Bluray. Bluray dapat menyimpan film berdurasi 2 jam Full HD.

Perangkat yang digunakan untuk memutar film dari masing-masing media tadi beda loh. Untuk memutar Bluray, DVD dan VCD di satu device hanya dibutuhkan Bluray player yang mendukung DVD dan VCD juga. Untuk digital download, tergantung format file yang disediakan oleh si toko. iTunes memberikan format m4v. Untuk memutarnya diperlukan software yang mendukung format tersebut atau pemutar media milik Apple seperti iPod touch atau iPhone.

Perkembangan teknologi juga berdampak pada dunia film. Proses digitalisasi film memberikan dampak positif kepada masyarakat. Masyarakat tidak perlu repot-repot antri di bioskop untuk nonton film. Cukup menunggu format DVD atau digital downloadnya aja. Pihak bioskop pun diuntungkan. Mereka tidak perlu memiliki pemutar khusus untuk menayangkan film.

Mungkin itu aja pembahasan tentang digital film. Semoga bermanfaat.

Sunday 15 November 2015

Televisi: Dulu dan Sekarang - #TugasSoftSkill

Sebelum maraknya internet dan new media, televisi jadi andalan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan informasi. Biar enak bahasnya, kita ganti TV ya hehehe. Ok, TV itu versi jadulnya YouTube. Sayangnya kita gak bisa asal pilih konten apa saja yang mau kita tonton karena TV yang kita gunakan masih channel-centred. Maksudnya, konten yang disajikan bergantung pada channel. Kelemahan tadi dibabat abis oleh penyedia jasa video streaming, salah satunya YouTube. Alhasil, TV ditinggalkan oleh masyarakat urban. Karena pergeseran ini, penyedia konten mikir keras. Mereka gak mau rugi dong gara-gara perubahan zaman. Akhirnya mereka membuat TV digital.

Monday 12 October 2015

Internet dan New Media - #TugasSoftSkill

Halo! Sudah sekian lama gak tulis-tulis di blog. Nah kali ini saya mau bahas sesuatu yang dekat dengan kita semua, yaitu internet. Internet bukan barang baru lagi buat kita-kita. Internet jembatan segalanya untuk saat ini. Dengan adanya internet, kita bisa dapet segala informasi dengan cepat dan mudah. Saya gak cuma bahas tentang internet, saya juga bahas tentang new media. Mungkin belum banyak orang yang kenal dengan istilah new media.  Sebenernya, new media ini juga deket banget sama kita. Kita sering banget pake new media. Gak percaya? Hehe

Sebelum adanya internet dan new media, masyarakat dunia dapet informasi dari koran, TV, radio, majalah dan jenis-jenis media informasi fisik lainnya. Karena masyarakat butuh informasi yang cepet, real time, bisa diakses di mana aja, maka internet pun muncul. Internet adalah salah satu jenis sistem jaringan komputer. Cakupan internet luas banget. Gak heran, internet cukup transparan. Semua informasi yang dipost bisa kita lihat. Entah post itu asalnya dari mana, kita tetep bisa lihat di belahan dunia yang lain. Keren kan! Dengan adanya internet, kita gak kenal ruang dan waktu.

Untuk aplikasinya, internet udah cakup banyak hal. Awalnya yang hanya mengirimkan informasi singkat untuk kebutuhan militer sampai akhirnya sekarang ada istilah Internet of Things. Salah satu aplikasi internet yang saya suka adalah streaming dan Internet of Things. Dulu, internet hanya bisa digunakan untuk mengirim teks dan gambar. Untuk gambar pun sebatas gambar simple. Semakin berkembangnya zaman dan kebutuhan masyarakat, akhirnya diciptakanlah streaming audio dan video. Aplikasi ini cukup unik, karena kita gak nyimpen hasil audio atau video yang kita stream secara permanen. Setelah selesai streaming, data yang sudah disimpan secara sementara akan terhapus secara otomatis.

Streaming dapat dilakukan melalui protocol internet yang ada, salah satunya adalah Real Time Streaming Protocol atau RTSP. RTSP ini adalah protocol yang dibuat berbasis TCP dan mirip dengan HTTP, hanya saja RTSP memiliki state sedangkan HTTP tidak. Saya gak bahas jauh tentang RTSP, karena di luar scope tulisan saya hehehehe. Nah, streaming juga bisa dilakukan melalui HTTP.

Setelah berkembangnya internet, new media pun muncul. New media ini sering dikaitkan dengan konten yang tersedia di internet dan dapat diakses melalui device digital apapun dan sangat interaktif. Beberapa contoh new media adalah website seperti blog, koran online, social media dan juga video game. Istilah new media muncul karena perkembangan teknologi yang sangat pesat. New media juga mendeskripsikan konten yang dapat dikirimkan melalui jaringan, dapat dikompres dan sangat interaktif. New media hanya mecakup dunia digital saja. Konten pada TV analog gak termasuk new media hanya karena dapat dikirim melalui sebuah jaringan. Nah, TV service seperti Comcast, Roku, Hulu dan Netflix sudah termasuk new media karena digital dan on-demand.

Kira-kira, beberapa tahun lagi internet dan new media bakal kayak apa ya? Share di comment ya!



Sunday 18 January 2015

Teknik Informatika - #KnowYourMajor

Sekarang udah masuk minggu ke-3 bulan Januari dan siswa SMA dan SMK kelas 3/12 pasti udah mikirin setelah lulus mau ngapain. Kebanyakan lulusan SMA dan sebagian kecil lulusan SMK pasti bakal lanjut kuliah. Mulai deh muncul pertanyaan baru, mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa.

Mungkin hampir semuanya pernah denger jurusan Teknik Informatika. Jurusan paling keren dari seluruh jurusan (aseek). Teknik Informatika nyumbang sebagain besar ilmunya untuk ngembangin dunia digital. Emang sebenernya di Teknik Informatika belajar apaan aja sih kok sampe bisa ngembangin dunia digital?

Di banyak negara, khususnya Indonesia disiplin ilmu komputer dibagi menjadi beberapa jurusan. Di Indonesia sendiri ada Teknik Informatika/Ilmu Komputer, Sistem Informasi/Manajemen Informatika, Sistem Komputer dan Teknik Komputer. Udah pasti kalo dibagi begini, konsentrasi tiap jurusan beda karena gak mungkin seorang manusia nguasain segala hal.

Teknik Informatika dan Ilmu Komputer fokus ke hardware, software dan brainware. Untuk bobotnya, software lebih banyak dibanding yang lain, disusul hardware lalu brainware. Karena kedua jurusan ini menggabungkan ilmu komputer dan rekayasa, jadi dibagian software kita diajarin gimana caranya bikin software atau bahasa kerennya coding. Di bagian hardware kita belajar gimana komputer kerja, jaringan komputer, arsitektur komputer dan banyak lagi.

Selain belajar hal-hal tentang keluarga komputer, di beberapa universitas masukin matematika diskrit ke daftar mata kuliah Teknik Informatika/Ilmu Komputer. Mungkin ada yg pernah denger matematika diskrit. Ya, matematika diskrit berkontribusi besar di dunia komputer. Kalo menurut saya sih, matematika diskrit ini kakeknya komputer, karena sebagian besar cara kerja komputer dasarnya dari matematika diskrit. Contohnya himpunan. Himpunan jadi dasarnya array, sebuah kumpulan data yang jenisnya sama. Definisi array dan himpunan mirip, kan? Satu lagi preposisi. Masih inget disjungsi, konjungsi, implikasi sama negasi? Nah ilmu itu juga dipake di komputer. Oiya kalo di Gunadarma, matematika diskrit ganti nama jadi matematika informatika. Isinya? Tetep sama kok.

Udah lumayan kebayang kan gimana jurusan Teknik Informatika secara umum? Untuk detailnya, coba kalian cari kurikulum Teknik Informatika/Ilmu Komputer di masing-masing universitas. Untuk Gunadarma, coba kunjungin sap.gunadarma.ac.id. Disitu lengkap banget. See you later di tulisan #KnowYourMajor yang lain!


#KnowYourMajor adalah seri tulisan tentang Teknik Informatika, jurusan terkeren sedunia yang saya ambil. Di sini saya bakal cerita seluk-beluk tentang Teknik Informatika, mulai dari kulitnya sampai intinya. Semoga #KnowYourMajor membantu kalian semua mengenal Teknik Informatika khususnya yang mau ambil jurusan ini.

Saturday 17 January 2015

Seminar Gunadarma Music Clinic 2015 - #UGSeminar

Ok, hari kamis kemaren tanggal 15 Januari 2015, akhirnya saya bisa ikut seminar di Gunadarma (sebenernya sabtu sebelumnya saya ikut seminar juga sih huehuehue). Seminar ini sungguh sangat diluar jurusan saya. Seminar ini bahas tentang industri musik non mainstream. Bagaimana para musisi yang gak biasa bisa hidup. Adhi Djimar jadi pembicara di seminar ini. Dia adalah project director dari Indonesia Cuting Edge Music Award atau ICEMA, sebuah penghargaan yang ditujukan untuk para musisi non mainstream.

Adhji Djimar punya pandangan para musisi yang gak biasa ini harus ada yang mengapresiasi karena sebelum ada ICEMA, belum ada ‘award’ untuk mereka. Bisa dibilang, ICEMA itu award pertama untuk musisi non mainstream. Award ini melibatkan kerja sama antara label indie dengan Microsoft (CMIIW).

Award ini udah berjalan selama 3 tahun dan untuk tahun ini ICEMA break karena gak ada sponsor. Menurut Adhi Djimar, selama 3 tahun ini makin banyak musisi yang bagus-bagus. Dia merasa di Indonesia banyak musisi yang bisa bersaing dengan musisi luar negeri.

Nah ngomong-ngomong, di nama award ini ada istilah ‘Cuting Edge’, bukan non mainstream yang dipake. Menurut Adhji Djimar, istilah ini dipake karena award ini gak cuma buat musisi dengan genre gak biasa. Musisi pop dan rock pun bisa dapet award ini. Cuting edge punya arti karya yang bener-bener beda, ada makna di dalem karya itu dan berkesan. Kriteria yang dipake untuk mendefinisikan karya cuting edge ada banyak, salah satunya lirik yang bermakna. Karena dari lirik yang ditulis sama musisi itu bisa kelihatan tingkat kejeniusannya. Misalnya Sepatu, lagu yang ditulis sama Tulus. Lagu itu nyeritain seorang pasangan yang ingin bersatu tapi gak bisa. Tulus menganalogikan kasus itu dengan sepatu. Hasilnya, kejeniusan. Jenius disini bukan berarti dia pinter matematika, fisika atau ilmu eksakta yang lain ya. Maksudnya jenius bermusik.

Di sesi tanya jawab, saya coba nanya tentang kehidupan musik elektronik di Indonesia. Karena saya lihat, musik elektronik di Indonesia masih sedikit non-mainstream. Musik elektronik yang saya maksud bukan EDM loh hihi. Pertanyaan saya dijawab sama moderator, Kiki Aulia Ucup. Dia bilang, sebenernya para musisi elektronik gak mati juga. Misalnya bottlesmoker, duo elektronik asal Bandung. Awalnya media mengangkat mereka karena beda dari yang lain, tapi lama-kelamaan media mulai gak meliput mereka. Jadi seakan-akan mereka hilang begitu aja, padahal sampe sekarang mereka masih perform dimana-mana dan baru aja rilis album baru judulnya Hypnogogic. Mas Adhi Djimar pun mengiyakan jawaban Bang Ucup. Menurut dia, tergantung kita gimana ngelihatnya. Kalo kita ikutin pasti kita tahu kalo musisi itu gak hilang.


Mungkin segitu aja saya cerita materi yang saya dapet pas seminar dan untuk ngebuktiin saya ikut itu seminar, ini sertifikat yang saya dapet huehuehue.


Monday 12 January 2015