Sunday 18 January 2015

Teknik Informatika - #KnowYourMajor

Sekarang udah masuk minggu ke-3 bulan Januari dan siswa SMA dan SMK kelas 3/12 pasti udah mikirin setelah lulus mau ngapain. Kebanyakan lulusan SMA dan sebagian kecil lulusan SMK pasti bakal lanjut kuliah. Mulai deh muncul pertanyaan baru, mau kuliah dimana dan ambil jurusan apa.

Mungkin hampir semuanya pernah denger jurusan Teknik Informatika. Jurusan paling keren dari seluruh jurusan (aseek). Teknik Informatika nyumbang sebagain besar ilmunya untuk ngembangin dunia digital. Emang sebenernya di Teknik Informatika belajar apaan aja sih kok sampe bisa ngembangin dunia digital?

Di banyak negara, khususnya Indonesia disiplin ilmu komputer dibagi menjadi beberapa jurusan. Di Indonesia sendiri ada Teknik Informatika/Ilmu Komputer, Sistem Informasi/Manajemen Informatika, Sistem Komputer dan Teknik Komputer. Udah pasti kalo dibagi begini, konsentrasi tiap jurusan beda karena gak mungkin seorang manusia nguasain segala hal.

Teknik Informatika dan Ilmu Komputer fokus ke hardware, software dan brainware. Untuk bobotnya, software lebih banyak dibanding yang lain, disusul hardware lalu brainware. Karena kedua jurusan ini menggabungkan ilmu komputer dan rekayasa, jadi dibagian software kita diajarin gimana caranya bikin software atau bahasa kerennya coding. Di bagian hardware kita belajar gimana komputer kerja, jaringan komputer, arsitektur komputer dan banyak lagi.

Selain belajar hal-hal tentang keluarga komputer, di beberapa universitas masukin matematika diskrit ke daftar mata kuliah Teknik Informatika/Ilmu Komputer. Mungkin ada yg pernah denger matematika diskrit. Ya, matematika diskrit berkontribusi besar di dunia komputer. Kalo menurut saya sih, matematika diskrit ini kakeknya komputer, karena sebagian besar cara kerja komputer dasarnya dari matematika diskrit. Contohnya himpunan. Himpunan jadi dasarnya array, sebuah kumpulan data yang jenisnya sama. Definisi array dan himpunan mirip, kan? Satu lagi preposisi. Masih inget disjungsi, konjungsi, implikasi sama negasi? Nah ilmu itu juga dipake di komputer. Oiya kalo di Gunadarma, matematika diskrit ganti nama jadi matematika informatika. Isinya? Tetep sama kok.

Udah lumayan kebayang kan gimana jurusan Teknik Informatika secara umum? Untuk detailnya, coba kalian cari kurikulum Teknik Informatika/Ilmu Komputer di masing-masing universitas. Untuk Gunadarma, coba kunjungin sap.gunadarma.ac.id. Disitu lengkap banget. See you later di tulisan #KnowYourMajor yang lain!


#KnowYourMajor adalah seri tulisan tentang Teknik Informatika, jurusan terkeren sedunia yang saya ambil. Di sini saya bakal cerita seluk-beluk tentang Teknik Informatika, mulai dari kulitnya sampai intinya. Semoga #KnowYourMajor membantu kalian semua mengenal Teknik Informatika khususnya yang mau ambil jurusan ini.

Saturday 17 January 2015

Seminar Gunadarma Music Clinic 2015 - #UGSeminar

Ok, hari kamis kemaren tanggal 15 Januari 2015, akhirnya saya bisa ikut seminar di Gunadarma (sebenernya sabtu sebelumnya saya ikut seminar juga sih huehuehue). Seminar ini sungguh sangat diluar jurusan saya. Seminar ini bahas tentang industri musik non mainstream. Bagaimana para musisi yang gak biasa bisa hidup. Adhi Djimar jadi pembicara di seminar ini. Dia adalah project director dari Indonesia Cuting Edge Music Award atau ICEMA, sebuah penghargaan yang ditujukan untuk para musisi non mainstream.

Adhji Djimar punya pandangan para musisi yang gak biasa ini harus ada yang mengapresiasi karena sebelum ada ICEMA, belum ada ‘award’ untuk mereka. Bisa dibilang, ICEMA itu award pertama untuk musisi non mainstream. Award ini melibatkan kerja sama antara label indie dengan Microsoft (CMIIW).

Award ini udah berjalan selama 3 tahun dan untuk tahun ini ICEMA break karena gak ada sponsor. Menurut Adhi Djimar, selama 3 tahun ini makin banyak musisi yang bagus-bagus. Dia merasa di Indonesia banyak musisi yang bisa bersaing dengan musisi luar negeri.

Nah ngomong-ngomong, di nama award ini ada istilah ‘Cuting Edge’, bukan non mainstream yang dipake. Menurut Adhji Djimar, istilah ini dipake karena award ini gak cuma buat musisi dengan genre gak biasa. Musisi pop dan rock pun bisa dapet award ini. Cuting edge punya arti karya yang bener-bener beda, ada makna di dalem karya itu dan berkesan. Kriteria yang dipake untuk mendefinisikan karya cuting edge ada banyak, salah satunya lirik yang bermakna. Karena dari lirik yang ditulis sama musisi itu bisa kelihatan tingkat kejeniusannya. Misalnya Sepatu, lagu yang ditulis sama Tulus. Lagu itu nyeritain seorang pasangan yang ingin bersatu tapi gak bisa. Tulus menganalogikan kasus itu dengan sepatu. Hasilnya, kejeniusan. Jenius disini bukan berarti dia pinter matematika, fisika atau ilmu eksakta yang lain ya. Maksudnya jenius bermusik.

Di sesi tanya jawab, saya coba nanya tentang kehidupan musik elektronik di Indonesia. Karena saya lihat, musik elektronik di Indonesia masih sedikit non-mainstream. Musik elektronik yang saya maksud bukan EDM loh hihi. Pertanyaan saya dijawab sama moderator, Kiki Aulia Ucup. Dia bilang, sebenernya para musisi elektronik gak mati juga. Misalnya bottlesmoker, duo elektronik asal Bandung. Awalnya media mengangkat mereka karena beda dari yang lain, tapi lama-kelamaan media mulai gak meliput mereka. Jadi seakan-akan mereka hilang begitu aja, padahal sampe sekarang mereka masih perform dimana-mana dan baru aja rilis album baru judulnya Hypnogogic. Mas Adhi Djimar pun mengiyakan jawaban Bang Ucup. Menurut dia, tergantung kita gimana ngelihatnya. Kalo kita ikutin pasti kita tahu kalo musisi itu gak hilang.


Mungkin segitu aja saya cerita materi yang saya dapet pas seminar dan untuk ngebuktiin saya ikut itu seminar, ini sertifikat yang saya dapet huehuehue.


Monday 12 January 2015